top of page

Sumber Gambar: Netflix Official Site

Seaspirachy, Film Dokumenter yang Mengungkap "Sisi Gelap" Dunia Perikanan

Penulis: Priscilla K

 

Cinepills.id - Film dokumenter terbaru keluaran Netflix, Seaspirachy berhasil membuat penontonnya tercengang melihat penggambaran kondisi lautan global saat ini, terutama terkait industri perikanan.

Berawal dari permasalahan sampah plastik, Ali Tabrizi selaku sutradara dari film tersebut mengarahkan kamera ke beberapa masalah kelautan global yang sangat kelam.

 

DIlanjutkan dengan Ali yang mewawancarai berbagai kalangan, mulai dari industri, pemerintah, peneliti, akademisi, korban perbudakan, hingga lembaga-lembaga yang memiliki perhatian terhadap isu pengelolaan laut.

Hasilnya, film ini memperlihatkan gambaran kelam pembantaian satwa laut (paus, ikan hiu, dan lumba-lumba) hingga bagaimana industri perikanan berkutat dengan praktik penangkapan yang ilegal.

 

Tidak dilaporkan dan melanggar aturan (illegal, unreported, and unregulated fishing atau IUU) dan perbudakan.

Ali wawancarai peneliti kelautan, yaitu Sylvia Earle, Paul Watson, pendiri NGO internasional, Sea Shepherd Conservation Society, hingga Karmenu Vella.

 

Mantan anggota Komisi Eropa untuk Urusan Lingkungan Hidup, Maritim dan Perikanan, untuk mendefinisikan apa itu “sustainable fisheries”.

Secara eksplisit, ia menyimpulkan bahwa jargon “perikanan berkelanjutan” sebenarnya tidak ada karena tidak ada yang sepakat dengan definisi tersebut.

 

Singkatnya, praktik sustainable fisheries yang tepat adalah mengambil kelebihan ikan yang ada, bukan mengeruk semua ikan yang bisa ditangkap.

Pada akhir film, Seaspiracy memberikan “solusi untuk menyelamatkan lautan" seperti dengan cara pemerintah menerapkan no take zone (kawasan tidak boleh menangkap ikan).

 

Menghentikan subsidi perikanan yang merugikan, dan menghindari makan ikan laut.

 

Hasil investigasi Seaspiracy bisa menunjukkan bahwa kerusakan laut lebih banyak disebabkan oleh industri perikanan tangkap, termasuk sampah plastik dari jaring penangkap ikan.

Jadi, bukan semata-mata akibat sampah sedotan plastik (yang diklaim hanya berkontribusi 0,03% dari timbulan sampah lautan global).

 

Banyak klaim dari film dokumenter ini masih harus perlu diuji kembali dengan riset dan investigasi lebih jauh.

Bagaimana pun, dokumenter ini setidaknya membuka mata bahwa ada yang serius dengan pengelolaan laut.

Hubungi Kami

  • Twitter
  • Instagram
  • Facebook

Situs ini adalah simulasi praktik mata kuliah Manajemen Produksi Multimedia Universitas Bakrie.
©2021 karya Cinepills.id dibuat dengan Wix.id

bottom of page